Puluhan pelajar di Berlin, Jerman, antusias mempelajari gamelan dalam kegiatan Workshop Gamelan yang diselenggarakan Rumah Budaya Indonesia, di Berlin bersama Simpay Panaratas. Tak hanya itu, ada juga para pekerja migran dan seluruh staf dan pegawai di KBRI menunjukan ketertarikannya ketika mengikuti kegiatan tersebut.
Menurut salah satu staf di KBRI, Monica, ia serasa kembali ke kampung halaman ketika mendengar musik gamelan lalu memainkan alat musik tersebut.
“Saya serasa kembali ke kampung halaman ketika bermain gamelan, seru, suka dan saya senang sekali bisa memainkan dan terlibat dalam permainan pertunjukan seni ini,” kata Monica yang memainkan alat musik gong.
Salah satu kegiatan workshop diisi dengan melakukan teknik carukan atau interlocking pada gamelan. Dalam perwujudannya, teknik carukan dimulai dengan metode belajar ritme dasar melalui tepuk tangan.
“Nanti dari sini, mereka akan mengaplikasikannya pada gamelan. Metode ini yang saya sebut sebagai representasi mental,” kata Dedy Hernawan, pimpinan Simpay Panaratas yang akan tampil pada Youth Young Euro Classic Festival 2025.
Dedy mengungkapkan hal ini luar biasa sekali. Usai workshop ini dilakukan, Simpay Panaratas menuju ke Munich dan akan belajar gamelan degung.
“Perjuangan budaya tak kan berhenti. Gamelan menuju lintas benua, lintas etnis, dan lintas jaman. Gamelan membawa pesan damai melalui musik gamelan ke setiap penjuru bumi,” pungkas Dedy.***