Mengenal Simpay Panaratas Paraguna Sumedang, Perkumpulan Seni dari Cicelot-Sumedang.

  • 2 min read
  • Nov 16, 2023

Simpay Panaratas Paraguna Sumedang adalah sebuah grup atau perkumpulan seni yang sebenarnya sudah berdiri sejak lama. Puluhan tahun lalu, grup seni memang telah ada dengan beragam kegiatan, penampilan, karya dan latihannya. Namun, Simpas Dedy Hernawan, pimpinan Simpay Panaratas adalah sosok yang akhirnya melahirkan kembali grup ini dengan mendaftarkannya ke Kemenhumkam pada Januari 2023 lalu. Perkumpulan seni ini bersifat terbuka dengan fokus garapan kepada pertunjukan, penelitian, dan pendidikan.
“Simpay Panaratas sudah ada sejak zaman bapak saya dan para sesepuh lainnya, namun belum terdaftar resmi dan berakta notaris, jadi untuk meraih surat pengesahan dari kementerian cukup sulit karena para pendirinya sudah tidak ada, sehingga akhirnya saya lahirkan kembali Simpay Panaratas ini pada Januari 2023 lalu dengan kepengurusan yang ada saat ini,” tutur Dedy.
Simpay Panaratas Paraguna mempunyai arti yaitu simpul perintis ahli suara. Simpul atau tali diambil dari kata simpay (bahasa sunda), perintis dari kata panaratas, dan ahi suara diambil dari kata panaraga. Kata ‘Sumedang’ disematkan dalam nama grup ini untuk menginformasikan kepada publik jika grup ini berada dan berasal dari Sumedang.
“Sengaja saya menyematkan nama ‘Sumedang’ sebagai identitas bahwa perkumpulan seni ini berasal dari Sumedang,” ujarnya.
Pertunjukan Simpay Panaratas di Berbagi Event
Sudah sejak lama, Simpay Panaratas sering manggung di banyak kota, begitu juga dengan Deddy sendiri sudah seringkali tampil baik sebagai pemain dan komposer. Tergantung kebutuhan, Dedy kadang tampil sendiri juga tampil bersama tim lainnya dari Simpay Panaratas sebelum ia melahirkan kembali grup seni ini.
Pada 2018, Simpay Panaratas pernah tampil pada pertunjukan “Impressions Universelles” di Aula Simfonia Jakarta tahun 2018. Pada pertunjukan ini, Simpay Panaratas memainkan gamelan Parakansalak yang merupakan salah satu aset gamelan yang berada di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang, Jawa Barat. Pentas ini dilaksanakan dalam rangka memperingati peristiwa pameran dunia “Exposition Universelle” di Perancis tahun 1889. Sebagai informasi, di tahun tersebutlah diyakini bahwa gamelan Parakansalak dipentaskan di sana, dimana bersamaan dengan itu pula, menara Eiffel didirikan sebagai mercusuar dan pintu gerbang pameran dunia.
Sementara, dalam pergelaran “Impressions Universelles”, 2018, karya gamelan dan karawitan Sunda saat itu disandingkan dengan beberapa karya dari komponis Perancis, Claude Debussy dan Maurice Ravel. Kegiatan ini terlaksana atas ide dan prakarsa dari kurator dan konduktor musik Gabriel Laufer, Perancis.
Pertunjukan “Perayaan 70 tahun Hubungan Diplomatik Perancis-Indonesia” tahun 2020. Pertunjukan ini dilaksanakan di J.S Bach Recital Hall, Aula Simfonia Jakarta. Pada kesempatan ini, Simpay Panaratas berkolaborasi dengan grup ansambel tiup dari Perancis, yaitu Le Concert Impromptu. Beberapa repertoar karawitan Sunda yang dimainkan oleh Simpay Panaratas dipentaskan satu panggung dengan beberapa repertoar karya komponis Perancis yang dimainkan oleh Le Concert Impromptu. Hal menarik dari pertunjukan ini adalah terdapat lagu “Sabilulungan” karya Koko Koswara (1917-1985) dari repertoar karawitan Sunda dan karya “Danse Des Sauvages” karya Jean Philippe Rameau (1683-1764) dari repertoar musik Prancis dimainkan secara bersama-sama oleh kedua grup; Simpay Panaratas dan Le Concert Impromptu. Kegiatan ini diprakarsai oleh Institut Français Indonesia (IFI), Jakarta pada 2020.
Di event IFI inilah, akhirnya kemudian membawa Simpay Panaratas untuk tampil di Perancis pada November 2023.
Event lainnya adalah “Festival Adat Kerajaan Nusantara” di Sumedang, tahun 2021.Pada pertunjukan ini, Simpay Panaratas memainkan karya aransemen berjudul “Sonteng” dan karya baru berjudul “Jatukrama” ciptaan Dedy Hernawan. Pada pertunjukan ini, komponis Dedy Hernawan membuat aransemen dan komposisi baru untuk gamelan dan ansambel gesek Barat. Karya jenis ini termasuk baru dalam perkembangan gamelan di Kabupaten Sumedang, terutama gamelan yang terdapat di Museum Prabu Geusan Ulun yang cenderung bersifat sakral.
Selanjutnya, Simpay Panaratas tampil pada pertunjukan “Festival Tahu dan Kopi Sumedang” di Thamrin 10, Jakarta, tahun 2021. Penampilannya adalah beberapa karya gamelan dan Tari Badaya. Gamelan yang digunakan adalah gamelan Sekar Arum dari Museum Prabu Geusan Ulun. Gamelan ini merupakan gamelan kuno yang dibuat pada abad ke-17.***