LLA atau Lomba Lintas Alam di SMAN 1 Sumedang pertama kali diadakan adalah di tahun 1986. Ide ini pertama kali dicetuskan oleh anak SMA kelas 1 waktu itu yang sudah sering mengikuti lomba serupa di mana-mana. Masuk ke SMAN 1 Sumedang dan lalu masuk ke ekstrakurikuler pramuka, membuat keinginnaya menyelenggarakan acara LLA semakin besar. Siswa ini adalah Dewi Rupiani atau akrab disapa Ni.
Hanya melalui sambungan telepon saja, penulis berhasil berbincang dengan Teh Ni lantas ia menceritakan sekaligus mengenang lagi bagaimana dulu ia merintis dan membuat acara ini bersama kakak kelasnya.
“Jadi dulu sudah ada lomba lintas alam atau lomba penjelajahan seperti itu seperti di Samratulangi di SMAN 2 Bandung, di Ikopin, juga di Unsap, nah saya suka ikut tuh sejak SMP, pas masuk ke SMA kok saya ingin sekali mengadakan acara tersebut,” kenang Teh Ni.
Berbekal dari pengalamannya menjadi peserta SMA, Teh Ni lalu menceritakan keinginannya ke kakak kelasnya waktu itu .
“Saya lalu ngobrol dengan kakak kelas Kang Asep waktu itu dan semuanya ternyata mendukung untuk diadakan, ya sudah, dari situ kami anak-anak SMA kelas 1 dan 2 waktu itu mencari informasi kesana sini tentang bagaimana sebuah penyelenggaraan LLA,” kata Ni.

Teh Ni beruntung karena juga mendapat dukungan dari keluarganya. Maka untuk pergi ke Bandung yaitu ke Pramuka Samratulangi ia hanya tinggal menggunakan kendaraan dan sopir yang sudah disediakan orangtuanya. Bersama teman-temannya waktu itu, satu persatu dikunjunginya sekolah atau kampus yang pernah mengadakan LLA. Di Sumedang sendiri, terdapat kampus yang dikenal Unsap yang sudah menyelenggarakan LLA. Selain itu, di Jatinangor, ada juga Ikopin yang setiap tahunnya ketika LLA itu berlangsung, Teh Ni suka mengikutinya waktu ia masih menjadi siswi SMPN 2 Sumedang.
Selesai mencari informasi ke berbagai tempat, Teh Ni dan anggota lainnya di Pramuka Soeria-Radesa SMAN 1 Sumedang menyatakan siap menyelenggarakan LLA. Hal yang dilakukan pertama kali adalah mengurus perizinan.
” Kami datang ke kantor perizinan lalu mengurus pertama kali terkait perizinan sambil menceritakan tujuan acaranya, ya maklum saja, sekolah yang pertama kali mengadakan yang SMAN 1 Sumedang jadi memang masih belum terbiasa seorang siswa SMA mengurus perizinan,” tutur Teh Ni.
Hal selanjutnya adalah mengurus piala dan hadiah-hadiah. Maka, anak-anak pelajar ini kembali mengunjungi kantor-kantor di tingkat provinsi dan nasional.
“Saat itu seru sekali mengurusi semuanya dan kami jadinya sangat terkesan dan terkenang dengan semua pengalaman pertama itu, karena tak terbayangkan akhirnya bakal jadi terlaksana,” kata Teh Ni.
Lingkup lomba saat itu, baru di tingkat Sumedang saja. Lalu, bertahap semakin meluas cakupannya sampai ke wilayah Priangan Timur, se-Priangan, se-Jawa Barat, se-Jawa, lalu akhirnya se-Jawa dan Bali karena ada yang mendaftar dari Bali, hingga akhirnya sampai ke cakupan nasional. Percis waktu tahunnya tentang kapan cakupan lomba berganti dan berubah, Teh Ni sudah lupa. Namun, semuanya dilakukan berproses dan berkat semua kerjasama anggota pramuka sampai ke angkatan-angkatan selanjutnya.
“Kita kan cuma tiga tahun di SMA tapi selanjutnya diteruskan oleh angkatan yang lain yang akhirnya bertahap cakupan lomba bertambah, jadi memang berkat semua angkatan juga,” sebutnya.
Teh Ni lalu mengungkap, saat itu ada dua orang teman lainnya yang seangkatan yang sama-sama ikut menyiapkan dan mencari-cari informasi yaitu Ine Inayah dan Yani Citraeni. Keduanya kini sudah berhasil dalam karirnya dan masih suka selalu mengenang bersama-sama tentang pengalaman mengadakan LLA.
“Saya dulu sama Ucit (Yani Citraeni) dan Ine bersama-sama sebagai anggota pramuka, kamamana jeung Ucit dan Ine” kenangnya lagi.
Ketika semuanya siap, maka akhirnya event ini berlangsung dan dilakukan pembukaan di Alun-alun Sumedang. Saat itu, pemerintahan pun turut mendukung yang waktu itu zamannya kepemimpinan bupati Drs. Sutarja. Namun, menurut Teh Ni, dukungan penuh dari Pemkab Sumedang yang dirasakan sangat melek sekali dengan LLA ketika pertama kali LLA bertaraf nasional karena mengundang Kwarnas.
“Saat itulah Pemkab Sumedang melek, terasa sekali meleknya yaitu ketika kami mengundang Kwarnas karena acara pramukanya sudah bertaraf nasional,” kata Teh Ni.
Kini, sudah 38 tahun berlalu. LLA SMAN 1 Sumedang kembali diadakan di tahun ini. Teh Ni pun sempat sedih ketika selama empat tahun vakum karena pandemi.
“Memang waktu pandemi kita semua dihantam yah dan kena dampaknya jadi wajar saja untuk yidak buat event itu, untuk melawan pandemi saja kita terseok-seok,” kata Teh Ni.
Di tahun ini, Teh Ni berharap pelaksanaan LLA berjalan lancar. Adapun kekurangannya semoga menjadi pelajaran yang berharga.
Selama puluhan tahun berjalan, sejak pertma kali diadakan, Teh Ni dan angkatan lainnya mengalami berbagai hal dan kejadian yang berhubungan dengan LLA. Namun, akhirnya Teh Ni bersyukur dan bangga, LLA SMAN 1 Sumedang masih bisa bertahan hingga tahun ini.***
